Selasa, 01 Januari 2013

meningkatkan kepercayaan diri remaja melalui konseling kelompok



MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA MELALUI KONSELING KELOMPOK



KATA PENGANTAR

Puji sukur yang tak terhingga kami panjatkan kehadiraat Allah SWT. Yang telah memberikan anugerah dan karunianya kepada kami, sehingga dapa menyelesaikan makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati saya ucapkan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Dan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah. Adapun judul makalah ini adalah “Meningkatkan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling Kelompok”.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekeliruan. Untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat diharapkan guna perbaikan dalam penyusan makalah berikutnya.


                                                                                                 Gorontalo,     Mei  2012

                                                                                                 Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................   i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................   ii
BAB I  PENDAHULUAN.........................................................................................................   1
1.1   Latar Belakang Masalah...............................................................................................   1
1.2   Rumusan Masalah.........................................................................................................   4
1.3   Tujuan penulisan………………………………………………………………….......   4
BAB II  PEMBAHASAN...........................................................................................................   5
          2.1  Remaja ………............................................................................................................. . 5
                 2.1.2. Pengertian remaja............................................................................................... . 5                  2.1.3.Pengertian Perkembangan...................................................................................   6
          2.2  Percaya Diri .................................................................................................................   8
                 2.2.1.Pengertian Percaya Diri.......................................................................................   8
                 2.2.2.Faktor Penyebab Kurang Percaya Diri................................................................   9
          2.3  Konseling kelompok .................................................................................................... 10
                 2.3.1. Pengertian Konseling ......................................................................................... 10
                 2.3.2. Pengertian Konseling kelompok......................................................................... 13
                 2.3.3. Tujuan Konseling Kelompok.............................................................................. 14
                 2.3.4. Proses Pelaksanaan Konseling Kelompok.......................................................... 15
BAB III  PENUTUP................................................................................................................... 18
          3.1. Kesimpulan................................................................................................................... 18
          3.2. Saran............................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 19




BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Banyak dikalangan remaja yang kurang percaya diri sangat sulit untuk dapat mengembangkan diri terutama dalam hal bersosialisasi. Hal ini dilihat saat mereka berada pada suatu kondisi dan situasi tertentu, sebagai contohnya adalah apabila seorang remaja dihadapkan pada komunitas baru (masuk pada lingkungan yang baru). Gejala kurang percaya diri tersebut muncul ketika dia berbicara atau memulai pembicaraan dengan orang yang baru ia kenal, mudah cemas dan sering salah ucap ketika berbicara. Masalah tersebut harus segera ditangani agar tidak menghambat tumbuh kembangnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Akan tetapi tidak semua remaja mengalami rasa kurang percaya diri, banyak juga remaja yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi.
Dilihat dari sudut pandang pendidikan, rasa percaya diri sangat menunjang individu untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki sehingga terhindar dari rasa ragu-ragu yang sering mengganggu. Dilihat dari sudut pandang perkembangan, pada usia pra remaja sangat rentan dengan rasa percaya diri yang dia miliki. Remaja  yang memiliki rasa kurang percaya diri akan menghambat tumbuh kembang anak tersebut dalam beraktifitas dilingkungan sekitar yang dia tempati, baik disekolah, keluarga maupun masyarakat.
Dilihat dari sudut Bimbingan dan Konseling, remaja yang kurang percaya diri akan merasa sangat kesulitan dalam berkomunikasi dengan lawan bicara, yang sering terjadi, mereka sering banyak salah ucap dalam berbicara. Remaja  yang mengalami kurang percaya diri akan menjadi tanggung jawab BK dalam penyelesaian masalah yang dialami individu tersebut.
Berdasarkan berbagai sudut pandang diatas, dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri sangat berpengaruh dalam perkembangan individu untuk mengaktulisasikan diri dengan lingkungan sekitar.
Percaya diri adalah sesuatu yang membuat manusia menjadi memahami akan kondisi dirinya karena adanya kekuatan didalam jiwa kita. Rasa percaya diri sangat penting dalam hal mengembangkan sikap sosialisasi didalam lingkungan yang baru. Seseorang yang percaya diri akan merasa nyaman pada lingkungan yang bagaimanapun dan kondisi yang seperti apapun karena ia dapat dengan mudah beradaptasi. Akan tetapi tidak semua siswa mempunyai rasa percaya diri yang tinggi bahkan cenderung kurang percaya diri.
Rasa kurang percaya diri adalah suatu keyakinan yang negatif terhadap suatu kekurangannya yang ada diberbagai aspek kepribadiannya, sehingga ia tidak mampu untuk mencapai bernbagai tujuan didalam kehidupannya.
Gejala rasa tidak peraya diri ini umumnya dianggap ringan karena tidak begitu terlihat awalnya, akan tetapi apabila tidak tertangani dengan cepat maka gejala-gejala tersebut akan semakin parah, dan akirnya berdampak pada diri siswa tersebut, bahkan lingkungan sekitar juga. Lingkungan tersebut bisa didalam lingkungan manyarakat, keluarga dan sekolah.
Sikap seseorang yang menunjukkan rasa kurang percaya diri antara lain, selalu dihinggapi dengan rasa keragu-raguan, mudah cemas, tidak yakin, cenderung menghindar, tidak punya inisiatif, mudah patah semangat, tidak berani tampil didepan banyak orang dan gejala kejiwaan lainnya yang nantinya akan mengahambat seseorang tersebut untuk berbuat sesuatu.
Adapun pelaksanaan layanan yang biasa digunakan didalam istansi Sekolah untuk mengatasi rasa kurang percaya diri tersebut adalah konseling kelompok, dikarenakan disamping bersifat efisien juga secara tidak langsung siswa tersebut akan belajar untuk bersosialisasi dalam lingkup yang mungkin bisa dikatakan kecil. Konseling itu sendiri adalah proses pemberian bantuan kepada klien (siswa) dalam hal pemecahan masalah.
Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik (siswa) dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan (Achmad Juntika, 2005 : 21).



2.I. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah ini adalah : “Apakah dengan menggunakan konseling kelompok dapat meningkatkan kepercayaan diri remaja?”
2.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah Meningkatkan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling Kelompok.










BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Remaja
2.1.1. Pengertian Remaja
Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dari tidak mantap. Disamping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh – pengaruh negatif, seperti narkoba, kriminal, kejahatan seks (Singgih, 2003).Masa remaja adalah masa membentuk dan mengembangkan kepribadian (willis, 2005 : 3).
 Namun kita harus mengetahui pula, bahwa masa  remaja adalah masa yang amat baik untuk mengembangkan segala potensi positif yang mereka miliki seperti bakat, kemampuan dan minat (willis, 2005 : 5). Masa ini adalah masa peralihan dari masa sekolah menuju masa puberitas, dimana seorang anak yang telah besar, (puer = anak besar )ini sudah ingin berlaku seperti orang dewasa tetapi dirinya belum siap, termasuk kelompok orang dewasa (Abu Ahmadi & Munawar Sholeh, 2005 : 121).
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak – kanak menjadi lebih matang dalam menentukan hidup. Selain itu masa ini adalah masa pencarian nilai- nilai hidup. Oleh karena itu sebaiknya meraka diberi bimbingan agama agar menjadi pedoman hidup baginya.
2.1.2.PengertianPerkembangan
Objek psikiologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai pribadi. Para ahli psikologi juga tertarik akan masalah seberapa jauhnya perkembangan manusia tadi dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat, Van den Breg dan Muchow (dalam Monks dkk, 2006 : 1).
Pengertian perkembangan menunjuk pada susatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat di ulang kembali. Werner (dalam Monks dkk , 2006 : 1) mengatakan bahwa perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Menurut banyak ahli psikologi dan para penulis sendiri , maka istilah perkembangan lebih bapat mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala psikologi yang muncul (Monks dkk, 2006 : 2).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan individu yang terjadi dari kematangan (kemampuan seseorang sesuai usia normal) dan pengalaman yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif (dapat diukur) yang menyebabkan perubahan pada diri individu tersebut.
2.1.3. Tugas – tugas Perkembangan Masa Remaja
Havighurst (dalam Monks dkk, 2006 : 22), mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang di tanadai oleh adanya tugas - tugas yang harus dapat di penuhi. Tugas ini dalam tugas tertentu bersifat khas untuk setiap masa hidup seorang. Havighurst menyebutkan sebagai tugas perkembangan (developmental taks) yaitu tugas yang harus dilakukan oleh seseorang alam hidup tertentu sesuai dengan norma masyarakat dan norma kebudayaan.
Tugas – tugas Perkembangan Remaja menurut Havighurst (dalam Monks dkk, 2006 : 23).
1.      Menerima keadaan jasmaniah.
2.      Menerima peran jenis persiapan kawin dan mempunyai berkeluarga.
3.      Belajar lepas dari orang tua secara emosional.
4.      Belajar bergaul dengan kelompok anak wanita / laki – laki.
5.      Belajar tanggung jawab sebagai warga negara menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab sosial.
6.      Perkembangan skala nilai secara sadar perkembangan gambaran dunia yang adekuat.
7.      Persiapan mandiri mulai bekerja secara ekonomis.
8.      Memilih dan latihan jabatan.
Bila dalam masa dewasa muda seseorang tidak berhasil menemukan jodoh, orang tadi tidak akan merasa bahagia. Namun sebetulnya hal ini sangat tergantung pada filsafat hidup orang itu sendiri, misalnya apakah ia memang memeilih untuk hidup sendiri atau tidak. Jadi orang yang hidup sendidri belum tentu harus tidak merasa bahagia. Lain halnya bila seseorang tidak memperoleh nafkah untuk hidup, dia tentu akan merasa sengsara karena hal itu memberikan akibat yang serius bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya.
Dari penjelasa di atas dapat disimpulkan bahawa tugas – tugas perkembangan pada setiap fase – fase perkembangan harus di laksanakan dengan baik, jika tidak akan meninbulkan rasa ketidak bahadiaan pada tugas – tugas perkembangan selanjutnya.
2.2 Percaya Diri
2.2.1 Pengertian Percaya Diri
Percaya diri adalah sesuatu yang membuat manusia menjadi memahami akan kondisi dirinya karena adanya kekuatan didalam jiwa kita, Fisher (dalam artikel Yesi & Titin,2 - 3). Rasa percaya diri sangat berpengaruh pada suatu keberhasilan seseorang untuk menciptakan suasana yang lebih nyaman baik untuk diri sendiri maupun orang lain, dan dengan rasa percaya diri tersebut seseorang dapat dengan mudah melewati segala sesuatu yang terjadi dihadapannya.
Menurut Hakim (dalam artikel Yesi & Titin) “Rasa percaya diri adalah sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan didalam kehidupannya”. Seseorang yang mempunyai keyakinan akan dirinya akan membawanya kearah sesuatu yang dapat membuatnya berasil dalam melakukan suatu tindakan.
Remaja pada umumnya anggota masyarakat yang sedang berada pada masa berfikir objektif, berarti tidak senang melihat adanya kepincangan – kepincangan sosial. Apabila kritik spontan tidak bisa mereka lakukan karena pimpinan masyarakat tidak dapat mentolerirnya akan timbul ketegangan emosional dan frustasi yang disalurkan berupa bentuk kenakalan seperti kebut – kebutan, minum alkohol menghisap ganja, melanggar susila, dan sebagainya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang percaya diri akan menunjukkan sikap sanggup untuk berdiri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain dan dapat dengan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
2.2.2 Faktor Penyebab Kurang Percaya Diri
Banyak yang menjadi faktor kurangnya percaya diri pada setiap individu, terutama pada masa remaja. Salah satu contoh adalah betuk fisik atau tubuh dan pergaulan. Misalnya seorang anak dilahirkan kedunia memperoleh ketidak beruntungan dalam hal jasmaniah. Misalmya kaki pincang, alat dira tuna, dan wajahnya kurang cantik dan tampan.
Di samping itu pula ada anak yang ditakdirkan Tuhan pendek, kurus dan bahkan ada yang keterbelakangan kecerdasan mentalnya. Terhadap  kasus- kasus seperti ini, tugas pendidik dan perkembangan ialah mengusahakan agar anak dapat menerima kenyataan jasmaniah yang seperti itu, dan dengan keadaan tersebut sanggup berusaha dan menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat dan teman – tamannya merasa rendah diri (Willis, 2005 : 9). Karena banyak masalah dan tekanannya kehidupan remaja, maka tidak sedikit remaja yang mengalami kelainan perilaku seperti stres, kenakalan berupa agresif, mencuri, memperkosa, dan kecanduan alkohol.
Dengan memahami bahwa masa muda merupakan suatu masa yang sulit tetapi sangat penting dalam hubungannya dengan masa yang akan datang. Maka para pendidik haruslah berusaha agar para pemuda mengerti bahwa mereka berada pada saat yang penting tetapi sulit. Untuk itu diperlukan pengertian dari pendidikannya. Jadi para remaja baru akan mengerti, apabila si pendidik menanamkan pengertian itu dan pendidik baru akan menanamkan pengertian bila ia sendiri telah mengertinya.  
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi rendahnya kurang percaya diri adalah bentuk fisik, lingkungan, maupun kekurangan pada diri individu.
2.3 Konseling Kelompok
2.3.1 Pengertian konseling
Konseling adalah proses belajar yang bertujuan agar konseli (siswa) dapat mengenal diri sendiri merasa menerima diri sendiri dan di mengerti oleh konselor.dalam hubungan ini, konselor dapat menerima konseli secara pribadi dan tidak memberikan penilaian. Konseli merasa ada orang lain yang dapat mengerti masalah pribadinya dan mau membantu memecahkannya. Konselor dan konseli saling belajar dan memahami pengalaman hubungan yang bersifat khusus dan pribadi (Achmad Juntika, 2009 : 10).
Konsaling adalah proses belajar yang bertujuan agar konseli (siswa) dapat mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri serta lealistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya. Suatu hubungan pribadi yang unik dalam konseling dapat membantu individu (siswa) membuat keputusan, pemilihan dan rencana yang bijak, serta dapat berkembang dan berperanan lebih baik di lingkungananya (Achmad Juntika, 2009 : 10 – 11).
English dan English (dalam Willis, 2011 : 17)  mengemukakan arti konseling adalah:
“Suatu hubungan antara seseorang dengan orang lain, dimana seseorang berusaha keras untuk membantu orang lain agar mampu memahami masalah dan dapat memecahkan masalahnya dalam rangka penyesuaian dirinya.”
Diantara konseling yang muncul kala itu yang muncul adalah konseling pendidikan, jabatan, dan hubungan sosial.biasanya yang menjadi konseli adalh orang normal dan juga dapat memasuki batas didang psikoterapi.





Glen E. Smith (dalam Willis, 2011 : 17) mendefinisikan konseling yakni :
“Suatu proses dimana konselor membantu konseli (klien) agar ia dapat memahami dan menafsirkan kata – kata yang berhubungan dengan pemilihan, perencanaan dan penyesuaian diri sesuai dengan kebutuhan individu.”
Milton (dalam Willis, 2011 : 18) mengatakan bahwa konseling adalah :
“Suatu proses yang terjadi dalam hubungan seseorangdengan seorang yaitu indivudu yang mengalami masalah yang tak dapat diatasinya, dengan seorang petugas professional yang telah memperoleh latihan dan pengalaman untuk membantu agar klien mampu menyelesaikan masalahnya.”
Dalam era global dan pembangunan, maka konseling lebih menekankan pada pengembangan potensi individu yang terkandung di dalam dirinya, termasuk dalam potensi itu adalah aspek intelektual, afektif, sosial, emosional, dan religius. Sehingga individu akan berkembang dengan nuansa yang lebih bermakna, harmonis, sosial, danbermanfaat. Maka definisi konseling yang antisipatif sesuai tantangan pembangunan adalah :
“Konseling adalah upaya yang diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu – individu yang membutuhkannya, agar individu tersubut berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah.” (Willis, 2005 : 18).
Jones menguraikan tentang pengertian konseling sebagai berikut:
“Counseling is talking over a problem with some one. Usually but not always, one of the two has facst or experiences or abilities not possesed to the same degree by the other. The process of counseling involves a clearing up the problem by discussion” (dalam Bimo Walgito, 2010 : 7).
Wren menguraikan pengertian konseling sebagai berikut:
“Counseling is personal and dynamic relationship between two people who approach a mutually defined problem with mutual consideration for each other to the and that the younger, or less matere, or more troubled of the two is aided to a self determined resolution of his problem” (dalam Bimo Walgito, 2010 : 7).
Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa konseling adalah layanan bantuan yang diberikan oleh peserta didik (konseli) agar dapat mengembangkan potensi – potensi yang dimilikinya, agar berkembang secara optimal.
2.3.2 Pengertian konseling kelompok
Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada peserta didik dalm suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudian dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok bersifat pencegahan, bahwa arti klien – klien (siswa) yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk berfungsi secara wajar dalm masyarakat, tetapi mungkin memiliki sesuatu titik lemah dalam kehidupannya sehingga menggangu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat pemberian kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling kelompok menyajikan dan memberikan dorongan kepada individu – individu yang bersangkutan untuk mengubah dirinya selaras dengan minatnya sendiri.
Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi – fungsi terapi seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling mempercayai, saling memperlakukan dengan mesra, saling pengertian, saling menerima dan saling mendukung (Achmad Juntika 2005 : 22).
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi tetapi dalam bentuk kelompok.konseling kelompok jg bersifat penyembuhan dan pencegahan.
2.3.3. Tujuan Konseling Kelompok
Didalam konseling kelompok ada tujuan yang ingin dicapai di antaranya:
1.      Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak
2.      Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya
3.      Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok
4.      Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok.
5.      Membantu peserta didik untuk memperoleh kesempatan untuk pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok.
2.3.4. Proses Pelaksanaan Konseling Kelompok
Proses pelaksanaan konseling kelompok dilaksanakan melalui tahap-tahap berikut :
1. Tahap I (Pembentukan)
Pada tahap ini para peserta yang baru pertama bertemu itu benar-benar dibentuk menjadi kelompok yang cukup solid sehingga dinamika kelompok yang berkembang di antara mereka selanjutnya akan dimanfaatkan untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling. Untuk itu diperlukan waktu yang cukup lama dengan kegiatan yang bervariasi. Waktu yang cukup lama itu jangan sampai menimbulkan kesan seakan-akan kegiatan itu hanya sekedar beramai-ramai atau bersantai-santai saja, membuang-buang waktu, membosankan. Dalam hal ini guru pembimbing sebagai pemimpin kelompok menimbang-nimbang antara efisiensi waktu, efektivitas pengembangan dinamika kelompok dan kondisi positif metal fisik seluruh peserta.


2.Tahap II (Peralihan)
Tahap II merupakan jembatan antara tahap I dan tahap III. Berapa lama tahap II berlangsung banyak tergantung pada keberhasilan tahap I. Apabila tahap I sudah berhasil dengan baik, tahap II seringkali hanya sekedar mengulangi dan memantapkan penjelasan tentang aspek pokok yang ada dalam Tahap III.
3.Tahap III (Kegiatan Inti)
Tahap ini seringkali disebut juga tahap kerja. Dari tahap inilah akan diperoleh hasil-hasil yang diharapkan, yaitu mengembangkan pribadi dan perolehan kerja yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan berbagai pengalaman serta alternatif pemecahan masalah. Dalam tahap inilah seluruh peserta benar-benar diminta untuk “bekerja”, mengembangkan pikiran, memberikan dorongan, bertanya dan bahkan memberikan nasehat dan alternatif jalan keluar untuk pemecahan suatu masalah. Waktu yang dipergunakan untuk tahap ini tergantung pada jumlah topik atau masalah yang dibahas. Apabila para peserta sangat antusias dalam kegiatan pada tahap III ini, biasanya para peserta meminta agar lebih banyak topik atau masalah dapat dibahas dalam pertemuan mereka itu.
4.Tahap IV (Pengakhiran)
Tahap ini merupakan anti klimaks dari seluruh kegiatan, pada tahap ini kegiatan menyorot. Semangat yang tadinya menggebu-gebu sekarang mengendor. Segala sesuatu menuju kepada pengakhiran kegiatan. Pada tahap ini pemimpin kelompok meminta kesan-kesan dari para peserta, dan akhirnya kesan-kesan ini dikaitkan dengan kemungkinan pertemuan berikutnya. Usul-usul peserta yang menghendaki segera adanya pertemuan lagi, apalagi kalau pertemuan kembali itu dikehendaki supaya lebih cepat, menunjukkan betapa kegiatan konseling kelompok telah membuahkan sesuatu yang berharga bagi peserta yang bersangkutan.













BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penbahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan, bahwa bimbingan konseling sangat diperlukan dalam kegiatan pendidikan, bertujuan agar dapat mengoptimalkan perkembangan peserta didik. Khususnya di kalangan sekolah SLTA dan SMA karana pada masa itu banyak permasalahan – permasalah yang di hadapi oleh peserta didik, karena pada masa remaja. Sebab pada masa ini banyak remaja ynag terjerumus dalam hal – hal yang merugikan dirinya. Banyak remaja yang mengalami kurang percaya diri, dalam lingkungan baru. Melalui konseling kelompok dapat meningkatkan rasa percaya diri di kalangan remaja.
3.2. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut:
1.                  Untuk mengembangkan potensi belajar siswa diadakan layanan bimbingan konseling di sekolah.
2.                  Banyak diadakan layanan bk di sekolah. Terutama tingkatan SLTP dan SMA, karena pada masa itu masa – masa remaja. 


DAFTAR PUSTAKA
Willis, Sofyan S. 2005. Remaja dan masalahnya. Bandung : Alfabeta.
_. 2011. Konsaling Individual Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta.
Gunarsa, Singgih D. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Nurihsan, Achmad Juntika. 2009. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Refika Aditama.
Sarwono, Sarlito W. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers.
Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Monks, F.J, Kroers dan Siti Rahayu Haditono. 2006. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yokyakarta : Gajah Mada University Press.
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan Konseling Studi dan Karier. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Soejanto, Agoes. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar