MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI
REMAJA MELALUI KONSELING KELOMPOK
KATA PENGANTAR
Puji
sukur yang tak terhingga kami panjatkan kehadiraat Allah SWT. Yang telah
memberikan anugerah dan karunianya kepada kami, sehingga dapa menyelesaikan
makalah ini.
Dengan
segala kerendahan hati saya ucapkan rasa terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Dan makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah. Adapun judul makalah
ini adalah “Meningkatkan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling Kelompok”.
Akhirnya
penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekeliruan. Untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari para
pembaca sangat diharapkan guna perbaikan dalam penyusan makalah berikutnya.
Gorontalo, Mei
2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................... 4
1.3 Tujuan penulisan…………………………………………………………………....... 4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 5
2.1
Remaja ………............................................................................................................. .
5
2.1.2. Pengertian remaja............................................................................................... .
5 2.1.3.Pengertian
Perkembangan................................................................................... 6
2.2
Percaya Diri ................................................................................................................. 8
2.2.1.Pengertian Percaya Diri....................................................................................... 8
2.2.2.Faktor Penyebab Kurang
Percaya Diri................................................................ 9
2.3
Konseling kelompok .................................................................................................... 10
2.3.1. Pengertian Konseling ......................................................................................... 10
2.3.2. Pengertian Konseling
kelompok......................................................................... 13
2.3.3. Tujuan Konseling
Kelompok.............................................................................. 14
2.3.4. Proses Pelaksanaan Konseling
Kelompok.......................................................... 15
BAB III PENUTUP................................................................................................................... 18
3.1. Kesimpulan................................................................................................................... 18
3.2. Saran............................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 19
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Banyak
dikalangan remaja yang kurang percaya diri sangat sulit untuk dapat
mengembangkan diri terutama dalam hal bersosialisasi. Hal ini dilihat saat mereka
berada pada suatu kondisi dan situasi tertentu, sebagai contohnya adalah
apabila seorang remaja dihadapkan pada komunitas baru (masuk pada lingkungan
yang baru). Gejala kurang percaya diri tersebut muncul ketika dia berbicara
atau memulai pembicaraan dengan orang yang baru ia kenal, mudah cemas dan
sering salah ucap ketika berbicara. Masalah tersebut harus segera ditangani
agar tidak menghambat tumbuh kembangnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar. Akan tetapi tidak semua remaja mengalami rasa kurang percaya diri,
banyak juga remaja yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi.
Dilihat
dari sudut pandang pendidikan, rasa percaya diri sangat menunjang individu
untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki sehingga terhindar dari rasa ragu-ragu
yang sering mengganggu. Dilihat dari sudut pandang perkembangan, pada usia pra
remaja sangat rentan dengan rasa percaya diri yang dia miliki. Remaja yang memiliki rasa kurang percaya diri akan
menghambat tumbuh kembang anak tersebut dalam beraktifitas dilingkungan sekitar
yang dia tempati, baik disekolah, keluarga maupun masyarakat.
Dilihat
dari sudut Bimbingan dan Konseling, remaja yang kurang percaya diri akan merasa
sangat kesulitan dalam berkomunikasi dengan lawan bicara, yang sering terjadi, mereka
sering banyak salah ucap dalam berbicara. Remaja yang mengalami kurang percaya diri akan
menjadi tanggung jawab BK dalam penyelesaian masalah yang dialami individu
tersebut.
Berdasarkan
berbagai sudut pandang diatas, dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri sangat
berpengaruh dalam perkembangan individu untuk mengaktulisasikan diri dengan
lingkungan sekitar.
Percaya
diri adalah sesuatu yang membuat manusia menjadi memahami akan kondisi dirinya
karena adanya kekuatan didalam jiwa kita. Rasa percaya diri sangat penting
dalam hal mengembangkan sikap sosialisasi didalam lingkungan yang baru.
Seseorang yang percaya diri akan merasa nyaman pada lingkungan yang
bagaimanapun dan kondisi yang seperti apapun karena ia dapat dengan mudah
beradaptasi. Akan tetapi tidak semua siswa mempunyai rasa percaya diri yang
tinggi bahkan cenderung kurang percaya diri.
Rasa kurang
percaya diri adalah suatu keyakinan yang negatif terhadap suatu kekurangannya
yang ada diberbagai aspek kepribadiannya, sehingga ia tidak mampu untuk
mencapai bernbagai tujuan didalam kehidupannya.
Gejala
rasa tidak peraya diri ini umumnya dianggap ringan karena tidak begitu terlihat
awalnya, akan tetapi apabila tidak tertangani dengan cepat maka gejala-gejala
tersebut akan semakin parah, dan akirnya berdampak pada diri siswa tersebut,
bahkan lingkungan sekitar juga. Lingkungan tersebut bisa didalam lingkungan
manyarakat, keluarga dan sekolah.
Sikap seseorang
yang menunjukkan rasa kurang percaya diri antara lain, selalu dihinggapi dengan
rasa keragu-raguan, mudah cemas, tidak yakin, cenderung menghindar, tidak punya
inisiatif, mudah patah semangat, tidak berani tampil didepan banyak orang dan
gejala kejiwaan lainnya yang nantinya akan mengahambat seseorang tersebut untuk
berbuat sesuatu.
Adapun
pelaksanaan layanan yang biasa digunakan didalam istansi Sekolah untuk
mengatasi rasa kurang percaya diri tersebut adalah konseling kelompok,
dikarenakan disamping bersifat efisien juga secara tidak langsung siswa
tersebut akan belajar untuk bersosialisasi dalam lingkup yang mungkin bisa
dikatakan kecil. Konseling itu sendiri adalah proses pemberian bantuan kepada
klien (siswa) dalam hal pemecahan masalah.
Konseling
kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik (siswa) dalam rangka
memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.selain bersifat
pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan (Achmad Juntika,
2005 : 21).
2.I. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah maka rumusan masalah ini adalah : “Apakah dengan menggunakan
konseling kelompok dapat meningkatkan kepercayaan diri remaja?”
2.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah Meningkatkan
Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling Kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Remaja
2.1.1. Pengertian Remaja
Masa
remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dari tidak mantap.
Disamping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh – pengaruh
negatif, seperti narkoba, kriminal, kejahatan seks (Singgih, 2003).Masa remaja
adalah masa membentuk dan mengembangkan kepribadian (willis, 2005 : 3).
Namun kita harus mengetahui pula, bahwa
masa remaja adalah masa yang amat baik
untuk mengembangkan segala potensi positif yang mereka miliki seperti bakat,
kemampuan dan minat (willis, 2005 : 5). Masa ini adalah masa peralihan dari
masa sekolah menuju masa puberitas, dimana seorang anak yang telah besar, (puer = anak besar )ini sudah ingin
berlaku seperti orang dewasa tetapi dirinya belum siap, termasuk kelompok orang
dewasa (Abu Ahmadi & Munawar Sholeh, 2005 : 121).
Dari
beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa masa remaja adalah masa transisi
atau masa peralihan dari masa kanak – kanak menjadi lebih matang dalam
menentukan hidup. Selain itu masa ini adalah masa pencarian nilai- nilai hidup.
Oleh karena itu sebaiknya meraka diberi bimbingan agama agar menjadi pedoman
hidup baginya.
2.1.2.PengertianPerkembangan
Objek
psikiologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai pribadi. Para ahli
psikologi juga tertarik akan masalah seberapa jauhnya perkembangan manusia tadi
dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat, Van den Breg dan Muchow (dalam Monks
dkk, 2006 : 1).
Pengertian
perkembangan menunjuk pada susatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak
begitu saja dapat di ulang kembali. Werner (dalam Monks dkk , 2006 : 1)
mengatakan bahwa perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan
tidak dapat diputar kembali. Menurut banyak ahli psikologi dan para penulis
sendiri , maka istilah perkembangan lebih bapat mencerminkan sifat yang khas
mengenai gejala psikologi yang muncul (Monks dkk, 2006 : 2).
Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan merupakan
proses perubahan individu yang terjadi dari kematangan (kemampuan seseorang
sesuai usia normal) dan pengalaman yang merupakan interaksi antara individu
dengan lingkungan sekitar yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif
(dapat diukur) yang menyebabkan perubahan pada diri individu tersebut.
2.1.3. Tugas – tugas Perkembangan
Masa Remaja
Havighurst
(dalam Monks dkk, 2006 : 22), mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang di
tanadai oleh adanya tugas - tugas yang harus dapat di penuhi. Tugas ini dalam
tugas tertentu bersifat khas untuk setiap masa hidup seorang. Havighurst
menyebutkan sebagai tugas perkembangan
(developmental taks) yaitu tugas yang harus dilakukan oleh seseorang alam hidup
tertentu sesuai dengan norma masyarakat dan norma kebudayaan.
Tugas
– tugas Perkembangan Remaja menurut Havighurst (dalam Monks dkk, 2006 : 23).
1. Menerima
keadaan jasmaniah.
2. Menerima
peran jenis persiapan kawin dan mempunyai berkeluarga.
3. Belajar
lepas dari orang tua secara emosional.
4. Belajar
bergaul dengan kelompok anak wanita / laki – laki.
5. Belajar
tanggung jawab sebagai warga negara menginginkan dan mencapai tingkah laku yang
bertanggung jawab sosial.
6. Perkembangan
skala nilai secara sadar perkembangan gambaran dunia yang adekuat.
7. Persiapan
mandiri mulai bekerja secara ekonomis.
8. Memilih
dan latihan jabatan.
Bila
dalam masa dewasa muda seseorang tidak berhasil menemukan jodoh, orang tadi
tidak akan merasa bahagia. Namun sebetulnya hal ini sangat tergantung pada
filsafat hidup orang itu sendiri, misalnya apakah ia memang memeilih untuk
hidup sendiri atau tidak. Jadi orang yang hidup sendidri belum tentu harus
tidak merasa bahagia. Lain halnya bila seseorang tidak memperoleh nafkah untuk
hidup, dia tentu akan merasa sengsara karena hal itu memberikan akibat yang
serius bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya.
Dari
penjelasa di atas dapat disimpulkan bahawa tugas – tugas perkembangan pada setiap
fase – fase perkembangan harus di laksanakan dengan baik, jika tidak akan
meninbulkan rasa ketidak bahadiaan pada tugas – tugas perkembangan selanjutnya.
2.2 Percaya Diri
2.2.1 Pengertian Percaya Diri
Percaya
diri adalah sesuatu yang membuat manusia menjadi memahami akan kondisi dirinya
karena adanya kekuatan didalam jiwa kita, Fisher (dalam artikel Yesi &
Titin,2 - 3). Rasa percaya diri sangat berpengaruh pada suatu keberhasilan
seseorang untuk menciptakan suasana yang lebih nyaman baik untuk diri sendiri
maupun orang lain, dan dengan rasa percaya diri tersebut seseorang dapat dengan
mudah melewati segala sesuatu yang terjadi dihadapannya.
Menurut
Hakim (dalam artikel Yesi & Titin) “Rasa percaya diri adalah sebagai suatu
keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan
keyakinan tersebut membuatnya mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan didalam
kehidupannya”. Seseorang yang mempunyai keyakinan akan dirinya akan membawanya
kearah sesuatu yang dapat membuatnya berasil dalam melakukan suatu tindakan.
Remaja
pada umumnya anggota masyarakat yang sedang berada pada masa berfikir objektif,
berarti tidak senang melihat adanya kepincangan – kepincangan sosial. Apabila
kritik spontan tidak bisa mereka lakukan karena pimpinan masyarakat tidak dapat
mentolerirnya akan timbul ketegangan emosional dan frustasi yang disalurkan
berupa bentuk kenakalan seperti kebut – kebutan, minum alkohol menghisap ganja,
melanggar susila, dan sebagainya.
Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang percaya diri
akan menunjukkan sikap sanggup untuk berdiri sendiri dan tidak bergantung pada
orang lain dan dapat dengan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
2.2.2 Faktor Penyebab Kurang
Percaya Diri
Banyak
yang menjadi faktor kurangnya percaya diri pada setiap individu, terutama pada
masa remaja. Salah satu contoh adalah betuk fisik atau tubuh dan pergaulan.
Misalnya seorang anak dilahirkan kedunia memperoleh ketidak beruntungan dalam
hal jasmaniah. Misalmya kaki pincang, alat dira tuna, dan wajahnya kurang
cantik dan tampan.
Di
samping itu pula ada anak yang ditakdirkan Tuhan pendek, kurus dan bahkan ada
yang keterbelakangan kecerdasan mentalnya. Terhadap kasus- kasus seperti ini, tugas pendidik dan
perkembangan ialah mengusahakan agar anak dapat menerima kenyataan jasmaniah
yang seperti itu, dan dengan keadaan tersebut sanggup berusaha dan menyesuaikan
diri di lingkungan masyarakat dan teman – tamannya merasa rendah diri (Willis,
2005 : 9). Karena banyak masalah dan tekanannya kehidupan remaja, maka tidak
sedikit remaja yang mengalami kelainan perilaku seperti stres, kenakalan berupa
agresif, mencuri, memperkosa, dan kecanduan alkohol.
Dengan
memahami bahwa masa muda merupakan suatu masa yang sulit tetapi sangat penting
dalam hubungannya dengan masa yang akan datang. Maka para pendidik haruslah
berusaha agar para pemuda mengerti bahwa mereka berada pada saat yang penting
tetapi sulit. Untuk itu diperlukan pengertian dari pendidikannya. Jadi para
remaja baru akan mengerti, apabila si pendidik menanamkan pengertian itu dan
pendidik baru akan menanamkan pengertian bila ia sendiri telah mengertinya.
Dari
beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor – faktor yang
mempengaruhi rendahnya kurang percaya diri adalah bentuk fisik, lingkungan,
maupun kekurangan pada diri individu.
2.3 Konseling Kelompok
2.3.1 Pengertian konseling
Konseling
adalah proses belajar yang bertujuan agar konseli (siswa) dapat mengenal diri
sendiri merasa menerima diri sendiri dan di mengerti oleh konselor.dalam
hubungan ini, konselor dapat menerima konseli secara pribadi dan tidak
memberikan penilaian. Konseli merasa ada orang lain yang dapat mengerti masalah
pribadinya dan mau membantu memecahkannya. Konselor dan konseli saling belajar
dan memahami pengalaman hubungan yang bersifat khusus dan pribadi (Achmad
Juntika, 2009 : 10).
Konsaling
adalah proses belajar yang bertujuan agar konseli (siswa) dapat mengenal diri
sendiri, menerima diri sendiri serta lealistis dalam proses penyesuaian dengan
lingkungannya. Suatu hubungan pribadi yang unik dalam konseling dapat membantu
individu (siswa) membuat keputusan, pemilihan dan rencana yang bijak, serta
dapat berkembang dan berperanan lebih baik di lingkungananya (Achmad Juntika,
2009 : 10 – 11).
English
dan English (dalam Willis, 2011 : 17)
mengemukakan arti konseling adalah:
“Suatu
hubungan antara seseorang dengan orang lain, dimana seseorang berusaha keras
untuk membantu orang lain agar mampu memahami masalah dan dapat memecahkan masalahnya
dalam rangka penyesuaian dirinya.”
Diantara
konseling yang muncul kala itu yang muncul adalah konseling pendidikan,
jabatan, dan hubungan sosial.biasanya yang menjadi konseli adalh orang normal
dan juga dapat memasuki batas didang psikoterapi.
Glen
E. Smith (dalam Willis, 2011 : 17) mendefinisikan konseling yakni :
“Suatu
proses dimana konselor membantu konseli (klien) agar ia dapat memahami dan
menafsirkan kata – kata yang berhubungan dengan pemilihan, perencanaan dan
penyesuaian diri sesuai dengan kebutuhan individu.”
Milton
(dalam Willis, 2011 : 18) mengatakan bahwa konseling adalah :
“Suatu
proses yang terjadi dalam hubungan seseorangdengan seorang yaitu indivudu yang
mengalami masalah yang tak dapat diatasinya, dengan seorang petugas professional
yang telah memperoleh latihan dan pengalaman untuk membantu agar klien mampu
menyelesaikan masalahnya.”
Dalam
era global dan pembangunan, maka konseling lebih menekankan pada pengembangan
potensi individu yang terkandung di dalam dirinya, termasuk dalam potensi itu
adalah aspek intelektual, afektif, sosial, emosional, dan religius. Sehingga
individu akan berkembang dengan nuansa yang lebih bermakna, harmonis, sosial,
danbermanfaat. Maka definisi konseling yang antisipatif sesuai tantangan
pembangunan adalah :
“Konseling
adalah upaya yang diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman,
terhadap individu – individu yang membutuhkannya, agar individu tersubut
berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya dan mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah.” (Willis, 2005 : 18).
Jones
menguraikan tentang pengertian konseling sebagai berikut:
“Counseling
is talking over a problem with some one. Usually but not always, one of the two
has facst or experiences or abilities not possesed to the same degree by the
other. The process of counseling involves a clearing up the problem by
discussion” (dalam Bimo Walgito, 2010 : 7).
Wren
menguraikan pengertian konseling sebagai berikut:
“Counseling
is personal and dynamic relationship between two people who approach a mutually
defined problem with mutual consideration for each other to the and that the
younger, or less matere, or more troubled of the two is aided to a self
determined resolution of his problem” (dalam Bimo Walgito, 2010 : 7).
Dari
beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa konseling adalah
layanan bantuan yang diberikan oleh peserta didik (konseli) agar dapat
mengembangkan potensi – potensi yang dimilikinya, agar berkembang secara
optimal.
2.3.2 Pengertian konseling kelompok
Konseling
kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada peserta didik dalm suasana kelompok
yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian
kemudian dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok
bersifat pencegahan, bahwa arti klien – klien (siswa) yang bersangkutan
mempunyai kemampuan untuk berfungsi secara wajar dalm masyarakat, tetapi
mungkin memiliki sesuatu titik lemah dalam kehidupannya sehingga menggangu
kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat
pemberian kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti
bahwa konseling kelompok menyajikan dan memberikan dorongan kepada individu –
individu yang bersangkutan untuk mengubah dirinya selaras dengan minatnya
sendiri.
Konseling
kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis yang terpusat pada
pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi – fungsi terapi seperti
sifat permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling mempercayai, saling
memperlakukan dengan mesra, saling pengertian, saling menerima dan saling
mendukung (Achmad Juntika 2005 : 22).
Dari
uraian di atas disimpulkan bahwa konseling kelompok adalah suatu proses antar
pribadi tetapi dalam bentuk kelompok.konseling kelompok jg bersifat penyembuhan
dan pencegahan.
2.3.3. Tujuan Konseling Kelompok
Didalam
konseling kelompok ada tujuan yang ingin dicapai di antaranya:
1. Melatih
anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak
2. Melatih
anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya
3. Dapat
mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok
4. Mengentaskan
permasalahan-permasalahan kelompok.
5. Membantu
peserta didik untuk memperoleh kesempatan untuk pengentasan permasalahan yang
dialaminya melalui dinamika kelompok.
2.3.4. Proses Pelaksanaan Konseling
Kelompok
Proses
pelaksanaan konseling kelompok dilaksanakan melalui tahap-tahap berikut :
1.
Tahap I (Pembentukan)
Pada
tahap ini para peserta yang baru pertama bertemu itu benar-benar dibentuk
menjadi kelompok yang cukup solid sehingga dinamika kelompok yang berkembang di
antara mereka selanjutnya akan dimanfaatkan untuk mencapai tujuan-tujuan
bimbingan dan konseling. Untuk itu diperlukan waktu yang cukup lama dengan
kegiatan yang bervariasi. Waktu yang cukup lama itu jangan sampai menimbulkan
kesan seakan-akan kegiatan itu hanya sekedar beramai-ramai atau
bersantai-santai saja, membuang-buang waktu, membosankan. Dalam hal ini guru
pembimbing sebagai pemimpin kelompok menimbang-nimbang antara efisiensi waktu,
efektivitas pengembangan dinamika kelompok dan kondisi positif metal fisik
seluruh peserta.
2.Tahap
II (Peralihan)
Tahap
II merupakan jembatan antara tahap I dan tahap III. Berapa lama tahap II
berlangsung banyak tergantung pada keberhasilan tahap I. Apabila tahap I sudah
berhasil dengan baik, tahap II seringkali hanya sekedar mengulangi dan
memantapkan penjelasan tentang aspek pokok yang ada dalam Tahap III.
3.Tahap
III (Kegiatan Inti)
Tahap
ini seringkali disebut juga tahap kerja. Dari tahap inilah akan diperoleh
hasil-hasil yang diharapkan, yaitu mengembangkan pribadi dan perolehan kerja
yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan berbagai pengalaman serta
alternatif pemecahan masalah. Dalam tahap inilah seluruh peserta benar-benar
diminta untuk “bekerja”, mengembangkan pikiran, memberikan dorongan, bertanya
dan bahkan memberikan nasehat dan alternatif jalan keluar untuk pemecahan suatu
masalah. Waktu yang dipergunakan untuk tahap ini tergantung pada jumlah topik
atau masalah yang dibahas. Apabila para peserta sangat antusias dalam kegiatan
pada tahap III ini, biasanya para peserta meminta agar lebih banyak topik atau
masalah dapat dibahas dalam pertemuan mereka itu.
4.Tahap
IV (Pengakhiran)
Tahap
ini merupakan anti klimaks dari seluruh kegiatan, pada tahap ini kegiatan
menyorot. Semangat yang tadinya menggebu-gebu sekarang mengendor. Segala
sesuatu menuju kepada pengakhiran kegiatan. Pada tahap ini pemimpin kelompok
meminta kesan-kesan dari para peserta, dan akhirnya kesan-kesan ini dikaitkan
dengan kemungkinan pertemuan berikutnya. Usul-usul peserta yang menghendaki
segera adanya pertemuan lagi, apalagi kalau pertemuan kembali itu dikehendaki
supaya lebih cepat, menunjukkan betapa kegiatan konseling kelompok telah
membuahkan sesuatu yang berharga bagi peserta yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penbahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan, bahwa bimbingan
konseling sangat diperlukan dalam kegiatan pendidikan, bertujuan agar dapat
mengoptimalkan perkembangan peserta didik. Khususnya di kalangan sekolah SLTA
dan SMA karana pada masa itu banyak permasalahan – permasalah yang di hadapi
oleh peserta didik, karena pada masa remaja. Sebab pada masa ini banyak remaja
ynag terjerumus dalam hal – hal yang merugikan dirinya. Banyak remaja yang
mengalami kurang percaya diri, dalam lingkungan baru. Melalui konseling
kelompok dapat meningkatkan rasa percaya diri di kalangan remaja.
3.2. Saran
Berdasarkan
pembahasan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut:
1.
Untuk mengembangkan potensi belajar
siswa diadakan layanan bimbingan konseling di sekolah.
2.
Banyak diadakan layanan bk di sekolah.
Terutama tingkatan SLTP dan SMA, karena pada masa itu masa – masa remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Willis,
Sofyan S. 2005. Remaja dan masalahnya.
Bandung : Alfabeta.
_.
2011. Konsaling Individual Teori dan
Praktek. Bandung : Alfabeta.
Gunarsa,
Singgih D. 2003. Psikologi Remaja.
Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Nurihsan,
Achmad Juntika. 2009. Strategi Layanan
Bimbingan dan Konseling. Bandung : Refika Aditama.
Sarwono,
Sarlito W. 2010. Psikologi Remaja.
Jakarta : Rajawali Pers.
Ahmadi,
Abu dan Munawar Sholeh. 2005. Psikologi
Perkembangan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Monks,
F.J, Kroers dan Siti Rahayu Haditono. 2006. Psikologi
Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yokyakarta : Gajah Mada
University Press.
Walgito,
Bimo. 2010. Bimbingan Konseling Studi dan
Karier. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Soejanto,
Agoes. 2005. Psikologi Perkembangan.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Desmita.
2011. Psikologi Perkembangan Peserta
Didik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar